Juventus, My Story with My Lady
Oleh karena itu, kali ini izinkanlah aku menceritakan segala yang terjadi antara aku dan dirinya, La Bella Signora.
Juventus merupakan tim sepakbola yang pertama kali aku tonton. Waktu itu usiaku baru 4 tahun, dan pada pertandingan pertama itu aku langsung jatuh hati pada Bianconeri. Aku tak begitu ingat siapa lawan dari Juve di pertandingan itu, tapi yang kuingat jelas waktu itu Juve menang dan Del Piero mencetak gol "a la Del Piero" yang memukau. Cinta pada pandangan pertama, ya kalimat inilah yang pantas mewakili bagaimana aku mengagumi Sang Nyonya. Semenjak menonton pertandingan itu aku jadi ketagihan untuk melihat para serdadu hitam putih menyuguhkan sebuah kemenangan yang manis di lapangan. Sweet Victory, Juve! Hampir setiap malam akhir pekan aku melihat pertandingan Juve dengan ditemani oleh Ayahku yang juga merupakan seorang gila bola.
Mungkin pada umur 4 tahun itu aku belum begitu mengerti tentang sepakbola, tapi melalui Juventus lah aku mengenal tentang sepakbola dalam arti yang lebih luas. Semangatku mendukung Juventus terus bertambah manakala Ayah membelikanku sebuah Jersey kebesaran Juventus berwarna hitam putih dengan nama seoorang legenda tercantum di belakangnya, Del Piero.
Perlu kau ketahui nama Juventus sendiri berasal dari bahasa latin yang berarti masa muda, jadi sangat cocok untuk digandrungi oleh orang-orang yang memiliki jiwa muda yang menggelora. hehe.
Beragam kisah terus kunikmati di bawah bendera Juventus. Salah satu hal yang paling kuingat adalah pada musim 2001-2002 Juventus berhasil memenangkan Scudetto di detik-detik akhir musim karena Inter Merda yang sebelum pertandingan terakhir ini memimpin klasemen kalah oleh Lazio di Olimpico dengan skor 4-2. Di pertandingan lain Juve langsung merangsek ke tangga juara setelah mengalahkan Udinese di Friulli dengan skor 2-0. Perburuan scudetto di pekan terakhir itu begitu sengit melibatkan Inter, Juve dan Roma. Aku ingat pada waktu itu televisi menyiarkan pertandingan Lazio vs Inter secara live dengan disertai pertandingan Roma dan juga pertandingan Juventus di masing-masing sudut bawah layar dalam ukuran mini. Sontak setelah itu aku berteriak gembira, Kita Scudetto kawan! Tv pun langsung mengalihkan siaran menuju pertandingan Juventus, dimana para punggawa Bianconeri bersorak gembira merayakan gelar juara yang dramatis ini. Momen ini merupakan salah satu momen yang paling bersejarah bagi para juventini, momen bernama "5 maggio" yang berarti 5 Mei, hari dimana Juventus membuat Inter Merda menangis meratapi kegagalannya! hahaha, rasakan itu Merda!
Musim selanjutnya Juventus juga berhasil meraih Scudetto, dan berhasil menembus Final Liga Champions setelah mengalahkan Real Madrid untuk menciptakan sebuah All Italian Final melawan Milan. Namun satu hal di semifinal telah menjadi sebuah pertanda buruk dimana saat itu The Czech Cannon Pavel Nedved harus menerima kartu kuning yang membuatnya harus absen di pertandingan final menghadapi Milan. Kuingat saat itu Nedved menangis sedih karena tak percaya ia harus absen di pertandingan final yang ia nantikan sepanjang hidupnya.
Ya, pertanda buruk itu benar-benar membuktikan diri. Di partai final, kedua tim bermain imbang 0-0. Juventus seolah kehilangan tajinya karena sumber kreativitas yang selama ini ditumpukan kepada Nedved tidak dapat bermain. Hingga pertandingan dilanjutkan ke babak pinalti, Juventus akhirnya harus merelakan gelar Champions Eropa jatuh ke tangan rival abadinya tersebut. Juventus kalah di babak adu pinalti. So sad.
Aku ingat pada laga final itu aku dan Abangku menyaksikannya dengan antusias sambil mendukung jagoan masing-masing (Abangku adalah seorang milanisti). Hingga akhirnya aku bertengkar dengannya dan menangis karena kekalahan yang dramatis ini.
Musim-musim berikutnya juga sangat berkesan karena kedatangan Capello membuat Juventus menjadi The Dream Team yang dihuni pemain super bintang macam Del Piero, Buffon, Nedved, Trezeguet, Ibrahimovic, Viera dan lainnya.
Hingga pada akhir musim 2005-2006 Moratti sang Pecundang yang paling busuk sedunia sepakbola menyeruakkan isu Calciopoli yang diklaim olehnya Juventus berperan sangat besar dalam kasus pengaturan skor ini. Namun tetap saja Juventus pada musim itu berhasil juara. Terlebih lagi para pemain Bianconeri lah yang mendominasi sosok pemain yang tampil di final Piala Dunia 2006. sebut saja Del Piero, Buffon, Trezeguet, Viera dan masih banyak lagi. Juventus pun membuktikan kapasitas sebagai Kekasih Italia karena berhasil membantu Italia menjuarai World Cup berkat sumbangsih para punggawanya.
Namun sebuah kisah yang sangat buruk terjadi. Perkembangan kasus Calciopoli terus dijalankan di balik layar oleh FIGC yang berisi orang-orang merda. Konspirasi Calciopoli menjerat Juventus dengan tuduhan pelanggaran dan pengaturan skor. Hal inilah yang membuat Gianluca Pesotto, legenda Juve yang menjabat sebagai petinggi Juventus akhirnya tidak tahan dengan isu yang merebak dan memutuskan untuk bunuh diri. Untung saja akhirnya nyawa dari sang legenda masih dapat diselamatkan. Dengan Konspirasi yang terus berlanjut ini, FIGC dengan seenak perutnya menjatuhkan sanksi kepada Juventus berupa pendegradasian ke Serie B dan pengurangan poin sebanyak 30 serta mencopot 2 gelar scudetto Juve di musim 2004-2005 dan 2005-2006, dimana gelar scudetto 2006 akhirnya diberikan ke Inter Merda milik Moratti sang pecundang.
Terlalu banyak kejanggalan dalam keputusan ini, karena sidang kasus ini hanya berlangsung 3 minggu tanpa menghadirkan bukti yang kuat. Sudah jelas kasus ini adalah permainan kotor dari pemilik Inter, Massimo Morati untuk menjatuhkan Juventus.
Betapa banyak kerugian yang dialami oleh Juventus akibat konspirasi ini. Mulai dari kerugian finansial yang sangat besar, hengkangnya para pemain bintang, serta kerugian mental yang dialami oleh Juventus dan Juventini.
Periode ini adalah salah satu yang tersulit bagiku sebagai juventini. Begitu banyak yang mencerca Juventus. Bahkan di sekolah aku sering diejek karena kasus Calciopoli ini. Terkadang aku tidak tahan dengan semua hinaan itu. Tak ayal, mungkin karena merasakan penderitaan yang sama denganku, banyak Juventini yang akhirnya beralih mendukung tim lain. Tapi aku tetap bertahan bersama Sang Nyonya karena kutahu konspirasi ini sama sekali tidak benar dan Juventus TIDAK BERSALAH! Inilah saat yang tepat bagiku untuk menunjukkan kesetiaanku pada sang Nyonya yang dijatuhkan dengan cara yang sangat kotor. Sebuah ucapan dari sang kapten, Del Piero mewakilkan kesetiaan itu: "A true gentleman never leave his Lady."
Pada akhirnya kejelasan kasus ini terungkap pada tahun 2011 atau tepatnya lima tahun kemudian. Sidang banding yang terus dilakukan oleh Juventus selama 5 tahun terakhir akhirnya membuahkan hasil dengan mencuatnya fakta yang sangat mengejutkan bagi para tifosi liga Italia. JUVENTUS TERBUKTI TIDAK
BERSALAH!
Fakta itu disampaikan oleh seorang Jaksa Federal yang mengumumkan hasil penyelidikan yang dilakukannya selama satu tahun. Jaksa bernama Stefano Palazzi itu selama hampir setahun ditugaskan untuk mendalami bukti-bukti baru yang dihadirkan selama persidangan banding Luciano Moggi di Naploli. Berikut adalah tiga poin hasil penyelidikan Palazzi:
- Mempertegas bahwa Juventus tidak didegradasi atas atau akibat melakukan pelanggaran Article 6 (melakukan usaha mengubah posisi di klasemen melalui pengaturan skor atau match fixing) karena memang Tidak Pernah Terbukti. Juventus hanya terbukti melakukan pelanggaran Article 1 (tindakan tidak sportif: berhubungan dengan komisi wasit). Pelanggaran atas Article 1 biasanya dijatuhi sanksi denda atau maksimal pengurangan 1-3 point di klasemen. Sedangkan pelanggaran untuk Article 6 akan dikenai sanksi berat berupa degradasi.
- Berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh Palazzi selama berlangsungnya persidangan di Napoli, Juventus bersama dengan beberapa pihak/tim lain terbukti melakukan pelanggaran Article 1. Beberapa tim lain tersebut adalah Cellino (Cagliari), Campedelli (Chievo), Foschi (Palermo), Gasparin (Vicenza), Governato (Brescia), Corsi (Empoli), Spalletti (Udinese,pelatih ), Foti (Reggina), Moratti (Inter), dan Meani (Milan).
- Palazzi juga menemukan adanya pihak/tim lain yang terbukti melakukan pelanggaran Article 6 yaitu: Spinelli (Livorno), Facchetti (Inter), dan Meani (Milan).
Tiga poin di atas adalah sebuah fakta yang sangat real tanpa ada rekayasa sedikitpun. Dihasilkan oleh sebuah penelitian kasus selama setahun penuh yang dilakukan oleh Palazzi yang ditugaskan oleh FIGC. TERBUKTI, FIGC telah KELIRU menjatuhkan sanksi bagi Juventus.
Hasil penyelidikan Palazzi ini membuktikan bahwa Juventus tidak sepantasnya didegradasi apalagi dicabut gelar dua gelar scudetto-nya. Bahkan lebih jauh ada tim-tim lain yang seharusnya didegradasi, tetapi justru tidak ditindak. Ini merupakan fakta, kelanjutan dan bukti bahwa calciopoli tidak berakhir pada persidangan 2006.
Lantas mengapa tidak dikenakan sanksi kepada tim-tim yang melanggar Article 6 berdasarkan hasil penyelidikan Palazzi tersebut? Jawabannya sederhana, saat hasil penyelidikan ini diumumkan kepada publik, kasus sudah kadaluarsa. Di Italia masa aktif sebuah kasus hanya lima tahun. Juventus sendiri sebagai pihak yang paling dirugikan dalam persidangan calciopoli 2006 menggunakan hasil penyelidikan Palazzi ini untuk meminta kepada FIGC agar mengembalikan dua gelar scudetto yang dicabut secara tidak adil pada 2006.
FIGC merespon permintaan Juventus dan menggelar rapat dengan Dewan Federal FIGC pada 18 Juli 2011. Disini lah poin menarik yang perlu kita perhatikan. Dewan federal FIGC mendeklarasikan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mencopot scudetto 2006 dari Inter maupun menjatuhkan sanksi tambahan karena tidak memiliki dasar hukum akibat kasus sudah kadaluarsa. Hasil keputusan dari FIGC ini tidak menyangkal apa yang ditemukan oleh Palazzi, hanya saja mereka tidak dapat mengubah putusan pada 2006 karena kasus ini sudah lewat masa lima tahun.
Sungguh sebuah hal yang memilukan, dimana dibutuhkan sebuah konspirasi besar yang sangat kotor untuk menjatuhkan tahta sang juara, menjatuhkan Sang Nyonya. Ini membuktikan bagaimana permainan bangsat Inter Merda dalam mencoba menghacurkan Juventus. Karena itulah Inter Merda akan selamanya menjadi musuh abadi bagi juventus. Karena itu pula Juventini akan selalu membenci Inter Merda dan Internisti!
Dapat kita lihat sekarang (2011-2012) saat Juventus bangkit dan Inter hancur, Juventini bersorak gembira karena Inter layak mendapatkan kehancuran. Sebuah syair yang dikutip dari Vecchiasignora.com yang diterjemahkan oleh signora1897.com dapat mewakili permusuhan abadi ini:
MI HAI CHIAMATO LADRO…
TI SEI VANTATO DI ESSERE ONESTO E PULITO….
TI SEI PRESO I MIEI ALLORI..E HAI CREDUTO DI ESSERE MIGLIORE DI ME….
IO HO PAGATO…
SENZA LACRIME E SENZA CHIEDERE PIETÃ A NESSUNO….
MI SONO RIALZATO CON ONORE E HO TENUTO LA MIA BANDIERA ALTA NEL CIELO…
NEI GIORNI DI TEMPESTA…
IN CUI TUTTI I VILI CHIEDEVANO E BRAMAVANO LA MIA MORTE..
CON ONORE…
MENTRE TU TI NASCONDI DIETRO LA SOLITA IPOCRISIA E MEDIOCRITÃ …
DIETRO AD UN DITO…
E AD UN MORTO….
OGGI COME SEMPRE IO POSSO ANDARE A TESTA ALTA…
MENTRE TU COME SEMPRE VIVI STRISCIANDO..
COME UNA SERPE VILE E FALSA…
CHE PRIMA SI NASCONDEVA DIETRO GLI ARBITRI E OGGI DIETRO LA PRESCRIZIONE….
IO SONO LA JUVENTUS…
E OGGI IL MIO NOME BRILLA NEL CIELO LUMINOSO E FIAMMEGGIANTE…
E TU…E TU SEI SOLO UN VIGLIACCOCHE SI VANTA DEI TRIONFI ALTRUI!!!!!!!!!!
Artinya :
Engkau memanggilku pencuri dan bangga menganggap diri bersih dan jujur.
Engkau mengambil kepunyaanku dan percaya bahwa dirimu lebih baik dariku.
Aku menerima ganjaran, tanpa air mata dan tanpa meminta belas kasihan dari siapapun.
Aku bangun dengan kebanggaan dan menjaga benderaku tetap berkibar di langit tinggi, di tengah badai.
Ketika kekejian meminta kematianku, aku mati dengan terhormat.
Sementara engkau bersembunyi dibalik kemunafikan dan orang mati
Hari ini seperti biasanya, aku bisa tetap mengangkat kepala sementara engkau terkubur makin dalam
Ibarat seekor ular palsu dan berbisa
Pertama bersembunyi di belakang wasit dan hari ini dibalik sebuah pandangan awal
Aku adalah Juventus, dan hari ini Namaku bersinar terang di langit tinggi
Engkau hanya seorang pengecut yang bangga telah mencuri kemenangan orang lain.
VAFFANCULO INTER !!!
Baiklah, kita beralih kembali ke ceritaku di musim 2006-2007. Praktis saat musim 2006-2007 Juve harus menjalani laga di Serie B. Tapi aku tetap setia walaupun tak bisa menonton langsung laga Sang Nyonya (Serie B tidak disiarkan Tv lokal), tapi aku terus mengikuti perkembangan Juventus melalui berita sepakbola di Tv ataupun koran. Musim yang berat, tapi syukurlah Juve hanya satu musim di Serie B hingga kemudian dapat bangkit kembali menuju habitat asalnya Serie A.
Musim-musim berikutnya Juve kembali ke panggung perburuan Scudetto meskipun dengan skuad yang masih compang-camping. Satu hal yang tidak kusukai saat Juve kembali ke serie A adalah penunjukkan Claudio Ranieri sebagai pelatih kepala menggantikan Didier Deschamps. Padahal Deschamps-lah yang berjasa membawa Juventus kembali ke Serie A, tapi tampaknya perselisihannya dengan manajemen Juve telah menghantarkannya menuju pintu keluar Delle Alpi. Ranieri sendiri menurutku bukanlah pelatih yang cukup bagus karena rekornya hanya sebagai pelatih Runner up yang paling banter hanya bisa mengantarkan Juve ke peringkat 2 klasemen. dan hal itu terbukti.
Ranieri akhirnya digantikan oleh Ferrara, salah satu bek legendaris Juve. Tapi sayang akhirnya Ferrara justru seperti membawa juve ke lubang kehancuran berkat rentetan hasil buruk. Pun begitu dengan Zaccheroni yang ditugaskan sebagai penggantinya, ia juga meneruskan tren buruk Juve hingga akhirnya Juventus harus puas bertengger di posisi 7. Gagal lolos Liga Champions.
Musim selanjutnya yakni musim 2010-2011 Juventus mengganti kembali pelatih dengan seorang allenatore bernama Gianluigi Del Neri. Banyak harapan yang kusisipkan pada pundak pelatih yang musim sebelumnya sukses mengantarkan Sampdoria ke kualifikasi Liga Champions ini. Tapi performa menakjubkan di separuh musim pertama juga berakhir dengan kehancuran di separuh musim kedua yang ditandai dengan cedera parah yang dialami sang mesin gol baru, Fabio Quagliarella. Juventus kembali harus duduk di posisi 7 klasemen untuk kedua kalinya secara beruntun. Lagi-lagi aku harus mendapati berbagai cercaan dan hinaan atas tim yang kudukung dengan sepenuh hati ini. Orang-orang bodoh yang terus menghina itu terus saja mengaitkan Juventus dengan kasus Calciopoli. Tidakkah kalian lihat fakta yang sebenarnya??? Atau apakah otak kalian itu terlalu kerdil untuk mencerna fakta-fakta itu??? sekali lagi kusampaikan, TUTUP MULUT KALIAN, SAMPAH!!!
Lanjut lagi. Sebuah harapan masih terpancar di hatiku dan hati kalian para juventini. Juventus mengawali musim 2011-2012 ini dengan sebuah revolusi yang hebat di bawah pimpinan sang legenda, Antonio Conte. Dengan segudang awak tempur baru, Conte mampu kembali menghadirkan lo spirito (semangat bertarung hingga tetes darah terakhir) seperti halnya Juventus dulu sebelum konspirasi Calciopoli berlangsung. Efek stadion baru "Juventus Arena" juga sangat hebat dalam memicu grinta Bianconeri Fighters. Hasilnya Juventus mengungguli Milan 3 poin dalam perburuan scudetto musim ini dengan menyisakan 4 pertandingan sisa! The Old Juve is Back!
Tentu saja hal ini membuatku amat gembira, karena ini menandakan awal bangkitnya sang Raja yang telah lama tertidur. Awal bangkitnya sang Nyonya menuju tahta Scudetto. Apalagi Juventus juga berpeluang
meraih double winner dengan berhasil menembus final Coppa Italia.
Fantastis! Ini Juve yang selalu kunanti dan selalu di hati!
Kesabaran yang kujalani untuk mendukung sang Nyonya akan segera berbuah manis, penantian panjangku tidak sia-sia, inilah kebangkitan sang Raja Italia!
Ini suatu bukti yang kuinginkan untuk membungkam erat mulut orang-orang yang terus menghina Juventus! Lihat Juventus yang kalian cerca adalah Sang Raja yang telah kembali dari tidur panjangnya! jadi kalian mati saja para sampah yang menghina Juve!
Dan satu hal lagi, kisah cintaku dengan Sang Nyonya semakin bersemi dengan indahnya. Juve, ti amo!
Itulah kisahku bersama Sang Nyonya, Juventus. Lalu bagaimana dengan kisahmu?
0 Response to "Juventus, My Story with My Lady"
Post a Comment