UNITARIANISME

UNITARIANISME



Unitarianisme adalah suatu ajaran yang menekankan ketunggalan Allah. Unitarian merupakan teologi mengenai Kristen yang menyatakan bahwa Allah adalah Esa (Monotheis) berbeda dengan doktrin Trinity yang menyatakan Allah sebagai tiga pribadi yang satu (Sinkretisme dari ajaran Politheis) dan bahwa Allah bukanlah Yesus. Sementara Yesus hanyalah seorang Nabi dan Hamba Allah. dalam pandangan Trinity, Unitarian adalah kelompok Protestan yang liberal yang mempercayai satu Tuhan dan menolak Trinitas.

Selain masalah Trinitas, Unitarianisme juga menolak doktrin tentang dosa asal dan Predestinasi. Dalam hal pengajaran dan ibadah, ajaran ini tidak menaikkan doa kepada Kristus. Penolakan ajaran ini terhadap Trinitas, maka Roh Kudus pun ditolak atau tidak diakui sama sekali. Yang menjadi penekanan juga pada ajaran Unitarianisme ini adalah kebebasan manusia dan kebaikan Allah. Kristologi yang dipegang oleh ajaran Unitarianisme bisa dibilang sebagi Monoteisme yang kuat. Ajaran ini mengakui adanya Allah, namun bagi Kristus tidak diakui sebagi Tuhan. Bagi pengikut Unitarianism, Yesus hanyalah orang besar, seorang nabi Allah atau bisa juga disebut sebagai orang yang ajaib karena mampu melakukan mujizat.

Unitarian mematuhi monotheisme begitu ketat, dan mempertahankan bahwa Yesus adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang memiliki berbagai macam mu'jizat serta dimuliakan oleh Allah. Namun mereka sangat menolak pandangan yang menyatakan Yesus adalah Allah itu sendiri dan Yesus adalah Tuhan sebagaimana pandangan Trinitarian.

Tidak ada otoritas khusus mengenai keyakinan kepercayaan Unitarian selain dari penolakan Trinitarian. keyakinan secara umum mereka antara lain:

• Satu Allah, Keesaan Tuhan.
• Kehidupan dan ajaran Yesus Kristus merupakan model contoh untuk hidup sendiri
• Pemikiran, rasional, ilmu pengetahuan dan filsafat hidup berdampingan dengan iman dalam Tuhan
• Manusia memiliki kemampuan untuk melaksanakan kehendak bebas dan bertanggung jawab konstruktif dan etis dalam ajaran agama.
• Sifat manusia bisa baik dan jahat, tidak ada yang bisa mengklaim pada roh Kudus atau kebenaran Teologis. meskipun para penulis alkitab telah diilhami oleh Allah, mereka adalah manusia dan karena itu memiliki kesalahan manusia.
• Menolak Doktrin Dosa waris (Prestinasi), hukuman kekal dan Penebusan dosa.

1. Sejarah Unitarianisme

Pada awal perkembangan kekristenan, ia terpecah menjadi dua kelompok besar, yaitu Unitarian dan Trinitarian. Ajaran Unitarianisme muncul pertama kali di Transylvania di sekitar gereja Lutheran. Ajaran Unitarianisme ini menolak persoalan Trinitas yang mengatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi yang menjadi satu. Ajaran Trinitas ini adalah ajaran tentang tabiat Kristus yang dianut oleh Luther maupun Calvin pada zaman reformasi.

Unitarianisme merupakan Teologi yang berkembang jauh sebelum reformasi Protestan, bahkan sebagian kalangan Unitarian merupakan ajaran murni Yesus yang sesungguhnya. Orang-orang Unitarian dalam menafsirkan Bible bersifat kesejarahan, tidak seperti pendekatan Ortodox yang dikenal sekarang ini. Unitarian tidak mencari makna kiasan yang tersembunyi (Alegoris) dalam teks Bible, tapi mereka menerima makna lahir dari sabda Yesus. Berbeda dengan Trinitarian yang demi memberikan pendukungan terhadap dogma mereka sering menyalahkan makna dan tafsiran sabda Yesus dengan berbagai opini dan asumsi. Unitarian juga bersifat kritis terhadap beberapa bagian dalam kitab sucinya yang dipandang lebih kuat dari yang lainnya. Mereka berpegang teguh pada keesaan Allah dan menolak dogma berbau Trinitas.

Unitarian sangat menghormati Yesus dan menjadikannya tokoh sejarah. Mereka menolak kata "Anak Allah" ketika menyebutnya dan hidup sebagaimana yang dicontohkan oleh Yesus dalam berbagai sabdanya. Sebagian tokoh terkemuka mereka adalah: Iranaeus (130-200 M), Tertulianus (160-220 M), Origenes (185-254 M), Diodarus, Lucianus (Wafat 312 M), Arius (250-336 M) dan lain-lain. Tokoh-tokoh Unitarian ini dianggap bidat-bidat sesat oleh umat Kristen hingga saat ini.

2. Konflik Unitarian Dan Trinitarian

Konflik antara Unitarian dan Trinitarian adalah konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja setelah agama Kristen dilegalisasikan oleh Kaisar Konstantin. Kontroversi tentang Trinitarian berlangsung dari abad ke-4 dan melibatkan sebagian besar anggota gereja, orang-orang percaya yang sederhana dan para biarawan, serta para uskup dan kaisar. Sementara Trinitarian yang merupakan pengikut Arius memang selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan Kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya.

Dua kelompok besar ini, terutama dari kubu Trinitarian atau kekristenan Paulus, melahirkan puluhan bahkan ratusan aliran. Setiap aliran memiliki Injil versi golongan sendiri dan menyalahkan Injil versi golongan lainnya yang dimana jumlah Injil-Injil tersebut mencapai ratusan versi. Mereka saling menuduh bahwa aliran lain selain aliran mereka adalah bidat (sesat). Kaisar Konstantin yang masih mempertahankan Paganisme saat itu memberikan kebebasan bagi penganut Kristen yang saling berbeda pandangan dalam melaksanakan ajaran kekristenan versi mereka sendiri.

Tetapi, perbedaan-perbedaan ini menimbulkan kerawanan sosial politik dan bisa mengancam kekuasaan kekaisaran Romawi, sehingga Kaisar Konstantin mengambil keputusan mengundang kelompok Kristen yang bersilang pendapat tersebut untuk menyelenggarakan Konsili (Sinode) di Nicea tahun 325 M yang kemudian dikenal sebagai Konsili Nicea 325 M dan juga disebut dengan nama Konsili Oikumonis I (Oikumene berarti seluruh dunia yang didiami bangsa manusia). Yang paling berpengaruh dan paling sengit dalam perselisihan di Konsili tersebut adalah golongan Unitarian dan Trinitarian.

Perdebatan sengit masalah ketuhanan terjadi antara kelompok Unitarian dan Trinitarian. Arius, tokoh dari kelompok Unitarian mengajukan argumen yang menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan.

"Ada rentang masa (waktu) sebelum Yesus ada, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian dan Yesus hanyalah makhluk biasa yang binasa seperti makhluk lainnya, sedangkan Tuhan tidak akan binasa"

Argumen Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: Jika Yesus memang "anak Tuhan", maka akan segera disertai pengertian bahwa "Bapak Tuhan" haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang "Anak". Oleh sebab itu tentulah akan terdapat rentang waktu ketika "Anak" belum ada. Oleh karenanya, "Anak" adalah makhluk yang tersusun dari sebuah "esensi" atau makhluk yang tidak selalu ada. Karena Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega), maka Yesus tidak mungkin bisa menjadi "esensi" yang sama sebagaimana "esensi" Tuhan.

Kesimpulan pendapat Arius, bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Tuhan yang selalu Ada dan tidak mempunyai asal usul, Dia Ada tanpa keberadaan sebelumnya. Argumen ini tidak terbantahkan oleh lawannya. Arius juga memakai dalil dari ayat Bible, Yohanes 14:8 "Bapa lebih besar daripada aku." Seandainya kita mengakui bahwa Yesus sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat ini. Demikian argumen tegas Arius.

Konflik ini semakin menjadi memanas setelah Athanasius (293-373 M), salah seorang tokoh agama dan cendikiawan besar yang mendukung doktrin Trinitas turut dalam perselisihan tajam dengan Arius. Dalam Konsili tersebut, pengikut Arius menolak pandangan tentang penciptaan eternal (penciptaan yang bebas dari dimensi waktu), sementara Athanasius mempertahankannya. Pengikut Arius mengatakan bahwa anak diciptakan dari tidak ada, sementara Athanasius mengatakan bahwa anak diciptakan dari esensi Tuhan Bapak. Pengikut Arius berpendapat bahwa Tuhan anak tidak sama substansinya dengan Tuhan Bapa sementara Athanasius berpendapat sebaliknya.

Konsili tersebut tidak menghasilkan titik penyatuan pandangan dari kedua belah pihak yang berdebat. Karena jumlah peserta Konsili dari kelompok Trinitarian lebih banyak, dan pimpinan Konsili oleh Kaisar Romawi masih beragama ajaran pagan poltiheisme serta masyarakat Romawi masih banyak yang mempertahankan kepercayaan penyembahan terhadap berhala politheisme yang anti monotheis, maka Kaisa Konstantin memutuskan bahwa dogma yang dibawah Trinitarian adalah yang benar. Kaisar Konstantin pada awalnya menyelenggarakan Konsili hanya untuk mempertahankan kekuasaan kekaisaran Romawi, dan dia melihat Trinitarian lah yang paling berpengaruh dan mendominasi wilayah serta mudah menyatu dalam keyakinan paganisme Romawi saat itu, Kaisar sendiri masih memiliki kepercayaan Paganisme. Sehingga Trinitarian dimenangkan secara politik, demikianlah yang berkuasa yang menang, bukan yang menang yang berkuasa.

Setelah Konsili Nicea pada tahun 325 yang merupakan titik tolak pertentangan antara Unitarian dan Trinitarian, yang kemudian dimenangkan oleh Trinitarian, maka aliran Unitarian ini dianggap aliran sesat. Termasuk salah satu tokoh Unitarian Arius kemudian dihukum, dianggap sesat dan dikucilkan oleh gereja hingga dia wafat. Tokoh-tokoh Unitarian yang masih mempertahakan keyakinan monotheisnya ditangkap, disiksa, dan dibunuh karena dianggap golongan sesat dan penghianat Kristen.

3. Penindasan Terhadap Golongan Unitarian

Penindasan ke tingkat pembunuhan terhadap golongan Unitarian ini telah berlangsung jauh sebelum diadakannya Konsili Nicea 325 M, pasca Konsili maka penindasan Gereja terhadap mereka makin menjadi-jadi dan bahkan dilegatimasi oleh otoritas khusus. Berikut beberapa tokoh penganut Unitarianisme anti-Trinitas yang hidupnya harus berakhir secara mengenaskan.

A. Iranaeus (130-200 M), dia lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma.

Petisi itu berupa permohonan Pothinus kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin gereja Pauline. Ketika masih berada di Roma, Iranaeus mendapat berita bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan Paulus yang ada di Lyons Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas dibunuh. Dan pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk menjabat sebagai uskup dinegrinya.

Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri menulis surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan gereja Paulus. Cerita lama kembali terulang, Iranaeus sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan, yaitu Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Yesus yang diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya.

Iranaeus banyak melakukan kritikan terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat Plato kedalam ajaran sejati Yesus.

B. Tertullian (160-220 M), dia adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago). Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Yesus sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan "dosa asal" telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.

Tertullian menekankan tentang kesatuan jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya pasti meyakini bahwa Yesus hanyalah manusia belaka. Paus Callistuslah yang memperkenalkan istilah "Trinitas" kedalam tulisan-tulisan "ecclesiastical" (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin baru yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak pernah digunakan dalam kitab-kitab suci.

C. Origen (185-254 M), Ayahnya bernama Leonidas dan mendirikan pusat pendidikan teologi dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement sebagai kepala lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat itu.

Leonidas adalah seorang pengikut Kristen Apostolik, yaitu ajaran monotheisme (ke-Esaan Tuhan) dan mengakui kehambaan dari Yesus. Sebagaimana kita tahu, gereja Paulus tidak mau menerima kepercayaan seperti yang dipegang oleh Leonidas ini, dan sebagai konsekwensinya pada tahun 208 M, Leonidas tewas dibunuh oleh orang-orang Paus.

Pada tahun 230 M, Origen dinobatkan sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah mengajarkan konsep Monotheisme didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat Origen dan mengusirnya dari gereja. Origen mengungsi ke Caesarea dan mendirikan pusat pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya membawa nama harum kepadanya.

Jerome, seorang penulis Injil pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat mendukung Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan menarik garis permusuhan terhadap Origen. Jerome berusaha agar Origen mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri tersingkir dari kalangan gereja.

Namun pada tahun 250 M, Origen dikecam oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjara serta mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M. Dimasa mudanya sampai menjelang akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran ke-Esaan Tuhan (The Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang berkuasa dan Yesus adalah manusia biasa dan hamba Allah, bukan Allah itu sendiri.

D. Lucianus (312 M), seorang yang dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M. Pengajaran Lucian adalah Monotheisme, yaitu pengesaan Allah dalam segala bentuk-Nya.

Lucian percaya kepada penafsiran gramatikal dan literal (sesuai dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab suci (Bible). Dia menentang kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan kiasan dari teks-teks Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan kritis terhadap kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari makna symbolis tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan pada Injil yang berarti hilangnya kemurnian ajaran Yesus.

Lucian menghilangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam bahasa Yunani (Septuaginta), dia telah mengadakan revisi terhadap empat Injil yang menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh gereja Paulus. Lucian menolak paham trinitas dan sebaliknya begitu menekankan ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam semesta yang patut disembah, sedangkan Yesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Utusan-Nya. Atas sikapnya ini, Lucian menjalani penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum mati pada tahun 312 M.

Masih banyak para tokoh anti-Trinitas yang harus berakhir dengan mengenaskan ditangan Gereja. Pada tahun 395 M, Theodosius seorang konservatif Trinitarian mulai membentuk mahkamah penyelidik (Lembaga Inkuisi) yang bertugas menyelidiki golongan yang menolak Yesus sebagai Tuhan. Mahkamah ini kekuasaannya sangat besar dan luas. Siapa yang dianggap berbahaya bagi golongannya, ditindak dengan hukuman berat, divonis kafir, dihukum gantung, dibakar, dan dibunuh pelan-pelan dalam penyiksaan yang tidak dapat dibayangkan kejamnya.

4. Unitarianisme Dan Islam

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mengenai pokok keyakinan Unitarianisme dimana sangat mendekati ajaran Yesus yang asli, maka tidak heran jika pokok ajaran Unitarian tersebut tidak jauh berbeda dengan keyakinan Islam mengingat Islam adalah penyempurna ajaran sebelumnya. Seperti memegang teguh Tauhid bahwa Allah Maha Esa dalam monotheisme yang kuat, menolak ketuhanan Yesus atau Nabi Isa, menolak dosa waris dan penebusan dosa, eratnya hubungan antara keimanan dan ilmu pemikiran serta logika, dan lain sebagainya.

Besarnya otoritas Gereja dalam menindas kaum Unitarian tidaklah menjadikan golongan Unitarian tersebut punah begitu saja, beberapa dari mereka memilih menjauh dan lari ke tempat aman untuk menghindar dari kekejaman Gereja. Golongan Unitarian terus berkembang dan dari mereka mulai muncul para cendikiawan yang terus mengenalkan keyakinan Unitarianisme mereka dengan perang pemikiran sehingga selama berabad-abad mereka tetap menjadi pendamping setia Kristen Trinitarian sebagai musuh abadi. Meskipun nasib para pemikir Unitarian dizaman pencerahan tersebut hampir sama dengan pendahulu mereka yang mati mengenaskan ditangan Gereja yang berkuasa.

Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu sebagai utusan Allah dan menyatakan diri sebagai Nabi yang meneruskan misi Nabi sebelumnya yaitu Nabi Musa dan Nabi Isa, banyak dari golongan Unitarian tersebut masuk Islam secara massal.

Muallaf Dr. Muhammad Yahya Waloni dalam bukunya "Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta" mengatakan:
"Ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan agama Islam, kelompok Unitarian ini mendengar dan simpati kepadanya, kemudian hampir semuanya memeluk agama Islam.

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (Trinitarianisme, Paganisme, dan serupanya). Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad)." (QS. Al-Maaidah' 5:82-83)

Kalimat berikut "Kami ini adalah orang-orang Nasrani" menunjukkan arti hubungan persahabatan antara umat Islam dengan orang-orang Nasrani yang berpegang pada ajaran Nabi Isa, yaitu ajaran Unitarianisme atau ajaran memegang teguh kekuasaan Allah, bukan Trinitas/Tritunggal sebagaimana akidah umat Kristen dewasa ini, karena Islam adalah agama yang berserah pada kehendak Allah dan beriman kepada satu-satunya Pencipta, yakni Allah Subhana Wa Ta'ala" (Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta, Hal. 82 & 83)

Demikian beberapa pemaparan singkat mengenai sejarah perkembangan ajaran Unitarianisme, bahwa ternyata adanya ajaran yang lolos dari keracunan dogma Paulus dan dari terkontaminasinya dengan ajaran paganisme, ajaran berabada-abad yang memegang teguh Tauhid yang kuat dan memberikan kedudukan kepada Yesus atau Nabi Isa hanya sebagai hamba dan utusan Allah sebagaimana Yesus sendiri inginkan, ajaran yang menolak dogma yang tidak sejalan dengan pengajaran Yesus dan Taurat seperti dosa waris dan penebusan dosa, ajaran tandingan Gereja Paulus yang akhirnya menimbulkan konflik keyakinan mereka yang benar dengan keyakinan yang berlawanan sehingga memperlihatkan lagi keburaman sejarah Gereja, ajaran yang pokok keyakinannya sejalan dengan keyakinan Islam dan pada akhirnya mayoritas mereka melebur diri masuk Islam. Itulah Unitarianisme. Jadi mereka itulah Umat Nabi Isa. As yang akhirnya memeluk Agama Islam saat Rasullulah diutus Allah SWT.

"... Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisaa' 4:171)

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, dan semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.. :)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "UNITARIANISME"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel