Abu Lahab dan Istrinya Dua orang terdepan Memusuhi Nabi di Masanya

 Abu Lahab dan Istrinya Dua orang terdepan Memusuhi Nabi di Masanya



Share_Info - Kadang dalam Hidup kita selalu menemui berbagai masalah, datang dari situasi dikerjaan atau lingkungan tempat tinggal bahkan dari orang-orang terdekat kita. Sama seperti Kisah Nabi Muhammad ﷺ. yang selalu mendapatkan masalah dari orang terdekatnya yaitu Paman sendiri.

Semoga dengan melihat atau membaca Kisah-kisah ini bisa kita ambil Pelajaran bahwa yang diuji itu bukan hanya kita manusia biasa semata akan tetapi Para Nabi saja juga diuji dengan berbagai Ujian yang lebih berat.

Abu Lahab, Dia Punya Segalanya akan Tetapi Tidak ada manfaat Untuknya di Akhirat.

Paman Nabi ﷺ yang hidup di masa kerasulan ada empat orang. Dua orang beriman terhadap risalah Islam dan dua lainnya kufur malah ada yang membantah,membangkang, dan menyangkal. Dua orang yang beriman ialah yakni Hamzah bin Abdul Muthalib dan al-Abbas bin Abdul Muthalib radhiallahu ‘anhuma. Satu orang membantu dan menjaganya, tak membantah dakwahnya, tetapi dia tak mendapatkan agama Islam yang beliau bawa. Dialah Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Dan yang keempat yaitu Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Dia membantah dan memusuhui keponakannya. Dia Pun menjadi tokoh orang-orang musyrik yang memerangi beliau ﷺ.

Nama terakhir ini kita ketahui dengan nama Abu Lahab. Dan Alquran mengabadikannya dengan nama itu.

Bentuk Fisiknya

Dalam beberapa film dan gambar-gambar, Abu Lahab diperkenalkan dengan postur jelek dan hitam. Sehingga kesan garang seorang penjahat semacam itu sesuai dengan penampilannya. Akan Tetapi, Para sejarawan meriwayatkan bahwa Abu Lahab merupakan sosok yang benar-benar putih kulitnya. Seorang laki-laki tampan dan benar-benar rupawan wajahnya. Demikianlah orang-orang jahiliyah mengenalnya.

Pembelajaran bagi kita, Abu Lahab mempunyai nasab yang mulia. Seorang Quraisy. Paman dari manusia terbaik dan rasul yang paling utama, Muhammad ﷺ. Mempunyai kedudukan di tengah kaumnya. Mempunyai paras yang tampan. Tapi semuanya tak ada artinya tanpa keimanan. Allah ﷻ hinakan ia dengan mencatatnya sebagai seorang yang celaka. Dan dibaca oleh manusia sampai akhir zaman dalam surat al-Masad.

Sementara Bilal bin Rabah. Seorang budak, hitam, tak pula rupawan, dan jauh dari kedudukan serta kemapanan. Tetapi Allah ﷻ muliakan dengan keimanan. Oleh sebab itu, janganlah tertipu dengan kondisi penampilan luar saja.

Rasulullah ﷺ bersabda,


إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

Kun-yah dari Abdul Uzza bin Abdul Muthalib ialah Abu Lahab. Lahab artinya api. Sebab Abdul Uzza dikala murka atau geram, rona wajahnya berubah menjadi merah layaknya api. Dengan kun-yahnya inilah Alquran menyebutnya, bukan dengan nama aslinya. Alasannya:

Pertama: Sebab Alquran tak menceritakan nama dengan faktor penghambaan terhadap yang lain kecuali Allah. Namanya yaitu Abdul Uzza yang berarti hambanya Uzza. Uzza merupakan berhala musyrikin Mekah.

Kedua: Orang-orang lebih mengenalnya dengan kun-yahnya dibanding namanya.

Ketiga: Imam al-Qurthubi rahimahullah mengungkapkan dalam tafsirnya bahwa nama orisinil itu lebih mulia dari kun-yah. Oleh sebab itu, Allah menyebut para nabi-Nya dengan nama-nama mereka sebagai pemuliaan. Dan menyebut Abu Lahab dengan kun-yahnya. Sebab kun-yah kedudukannya di bawah nama. Ini berdasarkan al-Qurthubi rahimahullah.

Orang-orang di masanya juga mengetahui Abu Lahab dengan Abu Utbah (ayahnya Utbah). sebab kekafirannya, Allah ﷻ kekalkan nama Abu Lahab untuknya. Sebetulnya dia merupakan tokoh Mekah yang cerdas. Sayang kecerdasan dan kemahirannya,kepintarannya dan keterampilannya tak berguna sama sekali di sisi Allah, sebab tidak dia pakai untuk merenungkan kebenaran syariat Islam yang lurus.

Keturunan Abu Lahab

Abu Lahab mempunyai tiga orang anak laki-laki. Mereka ialah Utbah, Mut’ib, dan Utaibah. Dua nama pertama memeluk Islam ketika Fathu Mekah. Padahal Utaibah konsisten dalam kekufuran.

Di antara tradisi adat istiadat bangsa Arab yakni menikahkan orang-orang dalam lingkar keluarga dekat. Sebelum menjadi rasul, Rasulullah ﷺ menikahkan anaknya Ummu Kultsum dengan Utaibah dan Ruqayyah dengan Utbah. Namun Saat surat Al-Masad turun, Abu Lahab mengultimatum kedua putranya, “Kepalaku dari kepala kalian haram, sebelum kalian ceraikan anak-anak perempuan Muhammad!!”, kata Abu Lahab. Dia mengancam kedua putranya tak akan bisa berjumpa dan mengobrol dengannya lagi sebelum menceraikan putri Rasulullah ﷺ.

Saat Utaibah hendak bersafar bersama ayahnya menuju Syam, dia berkata, “Akan saya temui Muhammad. Akan kusakiti ia dan kuganggu agamanya. Ketika dihadapannya kukatakan padanya, ‘Duhai Muhammad, saya kufur dengan bintang seandainya dia terbenam dan jika dia dekat dan bertambah dekat lagi…’ Lalu Utaibah meludahi wajah nabi kemudian menceraikan {si kecil|buah hati} beliau, Ummu Kultsum.

Nabi ﷺ mendoakan keburukan untuknya, “Ya Allah, binasakan ia dengan anjing dari anjing-anjingmu.” (Dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 4/39). Utaibah malah tewas diterkam singa.

Sementara Abu Lahab mati 7 hari sesudah Perang Badr. Tubuhnya penuh bisul yang bernanah. 3 hari mayatnya terlantar. Bahkan tidak seorang yang ingin mendekati bangkai si kafir itu. Sebab malu, keluarganya menggali lubang kemudian mendukung tubuh Abu Lahab dengan kayu panjang sampai masuk ke lubang itu. Kemudian mereka lempari makamnya dengan batu sampai jasadnya tertimbun. Tak ada seorangpun yang berkeinginan membopong mayitnya, sebab takut tertular penyakit. Dia mati dengan seburuk-buruk kematian.

Pasangan Dalam Keburukan

Istri Abu Lahab yaitu Ummu Jamil Aura’. Nama yang tidak seindah karakter aslinya. Dia diabadikan dalam surat al-Masad sebagai wanita pembawa kayu bakar. Perlakuannya sangat buruk kepada Rasulullah ﷺ. Dia taruh kayu dan tumbuhan berduri di jalan yang umumnya dilalui Rasulullah ﷺ di malam hari supaya Nabi tersakiti. Dia bahkan lebih parah dari suaminya.

Ummu Jamil merupakan wanita yang menyukai mengadu domba dan menyulut api permusuhan di tengah masyarakat. Dia mempunyai kalung mahal dari permata, “Demi al-Lat dan al-Uzza, akan kuinfakkan kalung ini untuk memusuhi Muhammad”, katanya. Allah ﷻ gantikan kalung cantik dan menawan itu dengan tali dari api Jahannam untuk mengikat lehernya di neraka.

Saat Allah ﷻ menurunkan surat al-Masad yang mencelanya dan sang suami, wanita celaka ini segera mencari Rasulullah ﷺ. Sambil membawa potongan batu tajam, dia masuk ke Mesjid al-Haram. Rasulullah ﷺ bersama Abu Bakar berada di sana. Ketika sudah dekat, Allah ﷻ butakan pandangannya dari Rasulullah ﷺ. Hanya Abu Bakar yang terlihat. Tidak ada Muhammad ﷺ di sampingnya.

“Duhai Abu Bakar, saya mendengar temanmu itu mengejekku dan suamiku! Demi Allah, apabila saya menjumpainya akan saya pukul wajahnya dengan batu ini!!” Cercanya penuh emosional.

Kemudian dia bersyair,


مُذمماً عصينا ، وأمره أبينا ، ودينه قلينا

Orang tercela kami tentang

Urusan kami mengabaikannya

Dan agamanya kami tidak suka

Ia ganti nama Muhammad (yang terpuji) dengan Mudzammam (yang tercela). Kemudian ia pergi.


Abu Bakar bertanya heran, “Duhai Rasulullah, tidakkah engkau menyangka ia melihatmu?”

“Ia tak melihatku. Allah sudah menutupi pandangannya dariku”, jawab Rasulullah ﷺ.


4 Hikmah Kisah Abu Lahab

Pertama: Abu Lahab mempunyai segalanya. Dia menyandang nasab mulia, terpandang dari kalangan bani Hasyim. Terpandang dan mempunyai kedudukan di tengah kaumnya. Paman manusia terbaik sepanjang masa. Berwajah rupawan. Seorang yang cerdas dan terampil, Hebat dalam mempertimbangkan persoalan dalam keadaan sulit. Profesinya pebisnis, mengambil barang dari Syam untuk dipasok di Mekah atau sebaliknya. Tetapi sama sekali tak berguna untuknya. Sebab itu, seseorang jangan tertipu dengan dunia yang dia miliki. Apalagi yang tak mempunyai dunia.

Kedua: Penampilan jasmani, kedudukan, kekayaan, bukanlah referensi seseorang itu sudah sesuai untuk dicontoh dan dengarkan ucapannya. Sebab sering kali kita saksikan di zaman kini, orang kaya lebih didengar dan dicontoh ketimbang para ulama. Saat motivator bisnis, mereka yang menyandang gelar akademik tinggi, berdialog dan berdiskusi perihal agama, masyarakat umum biasanya segera  menyimpulkan merekalah sebuah kebenaran.

Ketiga: Pasangan seseorang itu tergantung kwalitas dirinya. Dia bagaikan cermin kepribadian.

Keempat: Hidayah Islam dan iman itu mahal dan berharga. Sebuah kenikmatan yang tak Allah berikan terhadap keluarga para nabi. Anak Nabi Nuh, istri Nabi Luth, ayah Nabi Ibrahim, dan paman Rasulullah Muhammad ﷺ, Abu Thalib dan Abu Lahab, tak menerima kenikmatan ini. oleh sebab itu, kita sudah sepantasnya berterima kasih. Allah memilih kita menjadi seorang muslim sementara beberapa keluarga para nabi tak mendapatkan nikmat itu. Layaknya kita syukuri nikmat ini dengan mempelajari Islam, mengamalkan, dan mendakwahkannya.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Abu Lahab dan Istrinya Dua orang terdepan Memusuhi Nabi di Masanya"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel